Header Ads Widget

Banner Ads 728x90

Ticker

6/recent/ticker-posts

Contoh Storytelling Kepribadian Melalui Media Sosial

Contoh Storytelling Kepribadian Melalui Media Sosial

Membaca Kepribadian Seseorang dari Sosial Medianya

Dinda dan Pertanyaan tentang Sosmed

Dinda adalah seorang mahasiswa jurusan psikologi yang gemar mengamati perilaku manusia.

Setiap kali membuka media sosial, dia sering bertanya-tanya, "Apa sih yang bisa kita tahu tentang seseorang hanya dari unggahannya di sosmed?"

Suatu hari, ia diminta dosennya untuk membuat analisis tentang hubungan antara kebiasaan di media sosial dan kepribadian.

Tantangan itu membuat Dinda mulai melihat media sosial dari sudut pandang yang lebih dalam.

Menjelajahi Dunia Sosmed

Dinda mulai mengamati akun-akun orang di lingkarannya.

Dari teman sekelas, keluarga, hingga influencer yang dia ikuti.

Dia mencatat pola-pola unik:

  • Jarang memposting foto diri. Orang-orang seperti ini tampak lebih menikmati privasi mereka, tidak terlalu peduli tentang validasi sosial.
  • Sering memposting quotes tentang hidup. Biasanya, mereka yang sedang menghadapi kesulitan atau mencoba mencari cara untuk menguatkan diri.
  • Caption yang simpel. Terkadang, ini menunjukkan kepribadian yang lebih tertutup, sulit ditebak, atau sekadar tidak suka banyak bicara.
  • Foto profil dengan gambar alam atau ilustrasi lucu. Karakter introvert sering kali menyukai simbol yang tidak langsung menampilkan diri mereka, seperti gambar pemandangan atau meme menggemaskan.

Temuannya menarik, tetapi Dinda merasa ada yang kurang. Ia sadar bahwa kepribadian manusia jauh lebih kompleks daripada sekadar postingan.

Jangan Cepat Menilai

Dinda menghadapi dilema.

Teman-temannya mulai tertarik dengan observasi ini dan menganggapnya sebagai "cara cepat membaca orang".

Namun, Dinda merasa risih ketika mereka mulai menilai orang lain hanya berdasarkan unggahan di media sosial.

"Apa kita nggak terlalu cepat menghakimi?" tanyanya suatu ketika.

Salah satu temannya membalas, "Tapi kan kalau di sosmed, kita bisa lihat sisi asli seseorang".

Dinda merenung.

Benarkah sosmed menunjukkan sisi asli seseorang? Atau hanya versi yang mereka ingin tunjukkan?

Ia ingat kata-kata dosennya: "Sosial media adalah jendela kecil ke kepribadian, bukan pintu penuh. Apa yang kamu lihat belum tentu mencerminkan seluruh isi ruangan".

Sosmed sebagai Refleksi, Bukan Definisi

Dinda menyadari bahwa media sosial adalah alat yang orang gunakan untuk mengekspresikan diri.

Namun, apa yang mereka bagikan tidak selalu mencerminkan keseluruhan diri mereka.

Orang yang jarang memposting foto diri mungkin memilih privasi, tetapi bukan berarti mereka tidak percaya diri.

Seseorang yang suka mengunggah quotes tentang hidup belum tentu sedang depresi, mungkin mereka hanya ingin berbagi.

Dari perjalanan ini, Dinda menyimpulkan bahwa sosmed memang dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian, tapi harus dilihat dengan hati-hati dan tanpa menghakimi.

Melihat Sosmed dengan Perspektif Baru

Beberapa bulan kemudian, Dinda menyelesaikan tugasnya dengan kesimpulan yang mendalam:

  • Media sosial adalah alat komunikasi, bukan cermin penuh dari kepribadian seseorang.
  • Apa yang orang pilih untuk bagikan sering kali mencerminkan aspirasi atau kondisi sesaat, bukan identitas mereka sepenuhnya.
  • Untuk memahami seseorang, penting untuk tidak hanya mengamati, tetapi juga mendengar cerita mereka secara langsung.

Kini, setiap kali Dinda membuka media sosial, ia tidak lagi cepat menilai.

Ia justru lebih tertarik pada cerita di balik setiap unggahan.

Pelajaran untuk Kita Semua

Kisah Dinda mengajarkan bahwa media sosial adalah salah satu cara seseorang berbicara kepada dunia.

Namun, itu bukan satu-satunya cara untuk mengenal mereka.

Jadi, jika ingin memahami seseorang, jangan hanya melihat dari apa yang mereka unggah.

Luangkan waktu untuk mengenal mereka lebih dalam.

Karena kepribadian manusia lebih dari sekadar caption, foto, atau likes di layar kecil.

Apa yang kamu pikirkan tentang media sosialmu sendiri?

Apakah itu benar-benar mencerminkan dirimu, atau hanya versi yang ingin kamu tunjukkan?

Mari renungkan bersama.

Posting Komentar

0 Komentar