Header Ads Widget

Banner Ads 728x90

Recent

6/recent/ticker-posts

Terjebak Hedonic Treadmill? Ini Cara Keluar & Meraih Bahagia

Terjebak Hedonic Treadmill? Ini Cara Keluar & Meraih Bahagia

Jebakan Hedonic Treadmill

Bahagia Itu Sederhana

Sandi, Si Pengejar Kebahagiaan

Sandi adalah pria muda yang ambisius.

Setelah lulus kuliah, ia mendapat pekerjaan dengan gaji awal Rp5 juta per bulan.

Meskipun pas-pasan, Sandi merasa cukup.

Ia bisa makan enak, menabung sedikit, dan sesekali nongkrong bersama teman-temannya.

Namun, waktu berlalu, kariernya melesat, dan gajinya naik hingga Rp30 juta per bulan.

Kehidupannya berubah drastis.

Ia mulai mencicil mobil, pindah ke apartemen mewah, dan sering berlibur ke luar negeri.

Tapi, anehnya, kebahagiaan yang dulu ia rasakan seperti memudar.

Sandi bertanya-tanya, "enapa aku masih merasa kosong?"

 

Naik Gaji, Naik Ekspektasi

Ketika penghasilannya terus bertambah, begitu pula gaya hidupnya.

Sandi berpikir, "Nanti kalau gajiku Rp50 juta, pasti aku akan bahagia".

Tapi realitanya, setiap kali gajinya naik, pengeluarannya juga ikut naik.

Ia merasa terjebak dalam siklus yang tidak ada habisnya.

Ia mulai membeli barang-barang yang sebelumnya ia anggap tidak perlu, seperti jam tangan mewah dan gadget terbaru.

Setiap pembelian memberinya kebahagiaan sesaat, tetapi segera hilang ketika ada barang baru yang lebih canggih di pasaran.

Sandi seperti berlari di atas treadmill, kakinya bergerak, tetapi tidak pernah maju.

 

Merasa Kehilangan Makna

Masalahnya memuncak ketika Sandi menyadari saldo tabungannya kosong, meskipun gajinya puluhan juta.

Ia mulai merasa stres karena cicilan terus menumpuk, dan setiap akhir bulan, uangnya selalu habis.

Sandi merenung, "Apakah aku benar-benar butuh semua ini? Mengapa kebahagiaanku malah berkurang, padahal dulu aku bahagia dengan Rp5 juta?"

Suatu hari, ia mendengar istilah hedonic treadmill.

Temannya menjelaskan, "Ini fenomena psikologis di mana kita terus meningkatkan ekspektasi seiring bertambahnya penghasilan. Kebahagiaan kita stagnan karena kita selalu menginginkan lebih".

Penjelasan itu membuat Sandi sadar, ia telah terjebak dalam perlombaan tanpa akhir melawan keinginannya sendiri.

 

Kebahagiaan Itu Tidak Rumit

Sandi mulai mengambil langkah untuk keluar dari jebakan itu.

Ia berhenti membeli barang-barang yang tidak benar-benar ia butuhkan.

Sebaliknya, ia mulai fokus pada hal-hal sederhana yang dulu membuatnya bahagia, seperti waktu bersama keluarga dan teman.

Ia juga belajar untuk bersyukur.

Seorang mentor pernah berkata kepadanya, "Hidup itu seperti lingkaran. Sebesar apa pun lingkaranmu, kalau tidak utuh, ia tetap tidak sempurna. Tapi lingkaran kecil yang utuh, itu sempurna. Dan penyempurnaan lingkaran kebahagiaan adalah bersyukur".

Sandi mulai menghargai hal-hal kecil yang sering ia abaikan, matahari terbit, obrolan ringan dengan teman lama, dan bahkan secangkir kopi pagi.

Ia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari memiliki lebih banyak, tetapi dari mensyukuri apa yang sudah ada.

 

Dari Konsumen ke Pencari Makna

Kini, Sandi menjalani hidup yang lebih sederhana.

Ia tetap bekerja keras, tetapi tidak lagi tergoda untuk meningkatkan gaya hidup hanya demi mengejar status atau pengakuan.

Ia juga membatasi pengeluaran dan mulai menabung untuk hal-hal yang benar-benar penting, seperti investasi pendidikan atau membantu keluarganya.

Hasilnya?

Ia merasa lebih damai dan bahagia daripada sebelumnya.

Sandi tidak lagi berlari di atas treadmill; ia melangkah maju dengan penuh kesadaran.

 

Jebakan yang Harus Diwaspadai

Hedonic treadmill adalah jebakan yang mudah menelan siapa saja.

Ketika penghasilan naik, wajar jika ekspektasi dan gaya hidup ikut naik.

Tapi jika tidak hati-hati, kita bisa kehilangan arah dan merasa tidak pernah cukup.

Apa yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya?

  1. Sadari Prioritas: Fokus pada kebutuhan, bukan keinginan.
  2. Syukuri yang Ada: Kebahagiaan sejati datang dari rasa syukur, bukan dari memiliki lebih banyak.
  3. Hindari Perbandingan: Jangan membandingkan diri dengan orang lain; setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda.
  4. Investasi Pengalaman: Daripada membeli barang, gunakan uang untuk menciptakan kenangan, seperti bepergian bersama keluarga atau belajar hal baru.

Kebahagiaan itu sederhana, tetapi sering kali kita yang membuatnya rumit.

Apakah Anda merasa terjebak dalam lingkaran hedonic treadmill?

Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar dan mari berbagi inspirasi untuk hidup lebih sederhana dan bahagia.

Posting Komentar

0 Komentar